JAKARTA, (PRLM).- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyusun Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami tahun 2013-2017. Penyusunan rencana kontinjensi bencana meliputi banjir, longsor, gunung api, gempa, dan tsunami.
BNPB juga merilis sebanyak 13 jenis bencana di Indonesia yaitu bencana geologi (gempabumi, tsunami, erupsi gunungapi), bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, puting beliung, dan gelombang pasang), bencana biologi (epidemic, wabah penyakit), dan bencana sosial (konflik sosial, teror).
“Terkait bencana geologi seperti bencana gempa bumi dan tsunami, BNPB tidak dapat memprediksi karena sifatnya mendadak,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam acara Evaluasi Penanggulangan Bencana 2012 dan Antisipasi Bencana 2013 di kantor BNPB Jakarta, Kamis (20/12).
Mengenai potensi gempa, terdapat 386 kabupaten/kota rawan gempa, dengan jumlah penduduk 157 juta jiwa yang tinggal di daerah rawan tinggi dan sangat tinggi dari bahaya gempabumi di Indonesia. “Sumber gempa di Indonesia merupakan daerah subduksi dan sesar di daratan,” ujarnya.
Sutopo menambahkan, tsunami sangat ditentukan oleh gempa bumi (magnitude, kedalaman, dan sumber gempa). Sumber tsunami yaitu zona subduksi, intra plate, erupsi gunung di laut, dan tsunami dari luar wilayah Indonesia.
Selama tahun 1629-2012 terdapat 172 tsunami di Indonesia, sementara potensi tsunami ada di 233 kabupaten/kota dengan penduduk 5 juta jiwa berada pada daerah rawan tsunami di Indonesia.
Untuk erupsi gunung api tidak dapat diprediksikan untuk jangka panjang, disebabkan beberapa watak letusan gunung api telah berubah.
Saat ini ada enam gunung status Siaga/Level III yaitu Gunung Raung, Rokatenda, Sangeangapi, Lokon, Karang etang, dan Ijen. Sementara Gunung api yang berstatus Waspada/Level II ada 13 gunung yaitu Gunung Gamalama, Bromo, Talang, Krakatau, Kerinci, Gamkonora, Ibu, Papandayan, Ili Lewotolo, Sinabung, Dukono, Semeru, dan Marapi. Gunung Lokon diperkirakan masih memiliki energi untuk terjadi letusan seperti yang terjadi selama ini.
BNPB juga menyatakan untuk prediksi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, kekeringan, kebakaran lahan hutan dan puting beliung, akan mendominasi selama 2013
BMKG menyatakan musim penghujan normal. Hingga Mei 2013 kondisi hujan normal (50 persen), El Nino (32 persen), La Nina (18 persen) di Sulawesi Tenggara, NTT dan NTB curah hujan di bawah normal (10-15 persen).
Puting beliung berpotensi hingga Maret-April 2013. Banjir dan longsor berpotensi terjadi hingga Maret 2013. Puncak banjir dan longsor Januari-Februari 2013.
Ada 315 kabupaten/kota dengan penduduk 60,9 juta jiwa tinggal di daerah rawan sedang-tinggi banjir di Indonesia. Sedangkan untuk longsor terdapat 270 kabupaten/kota dengan penduduk 124 juta jiwa yang berada di daerah rawan sedang-tinggi longsor, jelasnya.
Banjir lahar dingin berpotensi di Gunung Merapi (sebanyak 77 juta m3), Gamalama, Bromo, Lokon dan Soputan hingga Maret 2013.
Kebakaran lahan dan hutan selama musim kemarau berpotensi terjadi di 8 provinsi langganan seperti Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim.
Kekeringan berpotensi terjadi selama Agustus-Oktober di Jawa, Bali, NTT dan daerah-daerah yang defisit air, kata Sutopo.
Guna melakukan antisipasi atau penanggulangan bencana tahun 2013, BNPB menyatakan semua kegiatan dilakukan baik untuk kesiapsiagaan dan pencegahan, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana, penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas BNPB/BPBD, latihan, gladi, penyusunan peta risiko, penyusunan rencana kontinjensi penguatan Satuan Reaksi Penanggulangan Bencana di wilayah barat dan timur, sosialisasi, pendidikan kebencanaan, pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dan lainnya.
Pada tahun 2013, anggaran DIPA BNPB sebesar Rp1,34 triliun, sama seperti tahun 2012. Mengingat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, khususnya tsunami masih lemah, maka sesuai Perintah Presiden kepada BNPB, mulai tahun 2013 akan dimulai pelaksanaan Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami.
Ada empat program besar dari pelaksanaan masterplan tsunami tersebut yaitu penguatan rantai peringatan dini tsunami (pembangunan sirine, informasi, alat deteksi gempa), pembangunan dan peningkatan tempat evakuasi sementara (pembangunan shelter, jalur evakuasi, rambu, sosialisasi), penguatan kapasitas kesiapsiagaan dan PRB (pembangunan pusdalops, desa tangguh, peraturan, latihan, logistik, peralatan, renkon), dan pembangunan kemandirian industri kebencanaan (industri instrumentasi, UKM).
Dana yang disediakan pada tahun 2013 adalah Rp1 triliun. Sedangkan kebutuhan total untuk masterplan yang mencakup seluruh wilayah rawan tsunami di Indonesia mencapai Rp16,7 triliun untuk selama lima tahun.
Oleh karena itu pelaksanaan 2013 akan diprioritasikan pada daerah-daerah rawan tinggi tsunami yaitu Megathrust Mentawai, Kawasan Selat Sunda dan Pantai Selatan Jawa, Kawasan Pantai Selatan Bali - Nusa Tenggara, dan kawasan Papua, tandasnya.
No comments:
Post a Comment